Belajar dari Bambu
Theresia Karo Karo Official Writer
“Saya dikeluarkan dari pekerjaan, berpisah dengan keluarga, melepaskan spiritualitas saya. Sekarang, baiknya saya mengakhiri hidup saja.” gerutu seorang pria muda dalam hati. Dia lantas memutuskan pergi ke hutan dan berbicara kepada Tuhan untuk yang terakhir kalinya.
“Tuhan”, panggilnya. “Bisakah Engkau memberikan satu alasan saja agar saya tidak mengakhiri hidup?”
Tuhan kemudian menjawabnya, “Lihat sekitarmu. Apakah kamu bisa melihat tumbuhan bambu dan pakis?”
Sambil memperhatikan sekitarnya, pemuda tersebut kemudian menemukan dua tumbuhan tadi lalu kemudian menjawab, “ya”.
“Ketika Aku menanam pakis dan benih bambu, Aku berusaha merawat mereka dengan baik. Aku memberi mereka cahaya. Aku memberi mereka air. Pakis tumbuh dengan cepat. Warna hijaunya yang menawan menutupi bumi. Tapi, apa yang terjadi dengan benih bambu. Aku tidak pernah berhenti pada bambu. Tahun kedua, pakis tumbuh semakin banyak dan lebih hijau. Tapi, tak ada yang terjadi pada benih bambu. Tapi Aku tidak pernah berhenti merawatnya,” kata Tuhan.
“Setelah beberapa tahun berlalu, masih tidak terjadi apa-apa pada benih bambu. Tapi, aku tidak pernah berhenti merawatnya. Pada tahun keempat, sekali lagi, tidak ada yang terjadi pada benih bambu. Dan Aku tidak akan berhenti,” lanjut Tuhan.
Penantian panjang ini akhirnya sampai di tahun kelima. “Sebuah tunas kecil muncul dari dalam bumi. Bila dibandingkan dengan pakis, tunas itu kelihatan begitu kecil dan tidak berarti. Tetapi enam bulan kemudian, bambu menjulang tingginya menjadi lebih dari 30 meter.”
“Tahukah kamu, bahwa dia membutuhkan waktu lima tahun untuk menumbuhkan akar. Akar-akar itulah yang membuat bambu kuat dan memberikan apa yang diperlukan untuk mempertahankan diri. Hal ini berlaku sama seperti pada manusia. Aku tidak akan memberikan ciptaan-Ku tantangan yang tidak bisa mereka tangani,” kata Tuhan.
Tuhan kemudian melanjutkan dengan berkata, “Tahukah kamu, anak-Ku? Selama ini kamu telah berjuang, tapi akarmu belum benar-benar tumbuh. Sama seperti Aku yang tidak akan berhenti pada bambu, Aku juga tidak akan menyerah padamu.”
“Maka dari itu jangan terus-menerus membandingkan pencapaian diri sendiri dengan orang lain. Sebab bambu-bambu itu memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan pakis. Meskipun begitu, keduanya tetap bisa membuat hutan menjadi indah.”
Menjawab pertanyaan pemuda yang diawal tadi, Tuhan kemudian berkata, “saatmu akan tiba dan engkau akan ‘tumbuh’ sangat tinggi.”
“Seberapa tinggi aku akan ‘tumbuh’?” tanya pria tadi.
“Sampai seberapa tinggi bambu itu dapat tumbuh?” Tuhan balik bertanya.
“Setinggi itu bisa?” tanya pria itu.
“Ya. Maka muliakanlah Aku setinggi yang kau bisa,” jawab Tuhan.
Pemuda itu kemudian meninggalkan hutan dengan membawa pulang kata-kata penghiburan yang dari Tuhan. Percakapan dengan Tuhan telah membantunya melihat dengan ujian cara berbeda. Bila Tuhan saja tidak akan menyerah dengan bambu, terlebih lagi dengan dirinya. Saat seseorang tidak menyerah dengan keadaan, Tuhan pasti akan berjuang bersamanya.
Sumber : Intisari/Jawaban.com by tk
Halaman :
1